Text
Ulama, Islam dan Nusantara: Catatan Ringkas Pergulatan Pemikiran Keagamaan
Bibliografi hlm. 241-250
Buku berjudul Ulama, Islam dan Nusantara: Catatan Ringkas Pergulatan Pemikiran Keagamaan karya Ahmad Fauzi Ilyas memberi gambaran mengenai konteks Nusantara. Polemik-polemik yang pernah terjadi –didominasi abad ke-19; direkam dan digambarkan dengan sangat baik oleh penulisnya yang berkedudukan sebagai Direktur Pusat Studi Naskah Ulama Nusantara (PuSNUN) Medan. Rijal Mumazziq sebagai Rektor INAFAS Jember memberi apresiasi, “polemik akademik para ulama Nusantara di masa lalu menggambarkan adanya upaya saling mengisi ruang intelektual, saling memperkaya wacana dan saling menguatkan basis pemikiran masing-masing. Mereka ibaratnya pesilat tangguh yang menampilkan atraksi jurusnya di atas gelanggang. Saling bergulat, adu piting, adu tangkas, dan secara atraktif menampilkan kemampuannya secara ciamik.”
Contoh lain yang patut untuk dicermati adalah perihal makam keramat (h.43-50). Acapkali, tentang ini yang diperbincangkan adalah boleh atau tidaknya. Padahal, di setiap tempat yang pernah bermukim seorang ulama atau wali Allah, selalu dijumpai pemandangan seperti itu. Ahmad Fauzi Ilyas memberi contoh makam pendiri kampung Besilam, Langkat, Sumatera Utara. Katanya, sikap masyarakat adalah menghormati kiprah ulama, kesalehannya, keilmuannya hingga derajat walinya. Narasi polemik yang pernah terjadi justru siapakah yang paling berhak atas uang atau barang sumbangan yang diberikan pengunjung; keluarga ulama tersebutkah atau pejabat yang berwenang atas wilayah makam tersebut. Mengacu makam keramat Habib Husain Luar Batang, Ahmad Fauzi Ilyas membahas karya Sayyid Usman berjudul Simth al-Syudzūr.
Dalam pandangan penulis, melihat Ulama Nusantara sebenarnya adalah melihat jati diri dari Ulama, Islam dan Nusantara secara sekaligus dan paripurna. Pemisahan antara ketiganya tidak perlu dilakukan. Hal itu karena dalam naskah-naskah yang dimiliki dan dikajinya secara mendalam tersemat semangat luar biasa baik dari aspek intelektual-spiritual; akademik-religius; nasional-universal. Aspek yang semestinya menjadi warisan budaya generasi cucu bangsa.
Tidak tersedia versi lain