Text
Mengapa harus berserah : panduan menyenangi setiap kenyataan
Judul asli : al-Tanwir fi isqath al-tadbir
Ibn Athaillah bermaksud menepis pandangan yang mengesankan kepasrahan sebagai kemalasan. Pasrah kepada pengaturan Allah atau berserah diri kepada kehendak-Nya tidaklah sama dengan berhenti bekerja, berhenti mengais rezeki, ataupun berhenti berdoa lantaran menyerahkan semuanya kepada Allah. Bahkan, adab berharta, mencari rezeki, berusaha, dan berdoa merupa- kan tema penting dalam buku ini. Takdir dan ikhtiar memang sejak lama tak kunjung usai diperdebatkan. Dengan gaya tutur yang menawan, Ibn Athaillah menuntaskan persoalan ini. Menurutnya, setiap manusia wajib berikhtiar, tetapi tugas pertama setiap orang beriman adalah menyandarkan keseluruhan diri dan upayanya kepada Tuhan Sang Pengatur semesta. Tugas utama manusia adalah iman, percaya kepada kekuasaan Allah. Setelah itu, lepaskan semua ketergantungan kepada selain Dia. Sungguh, hanya Dia yang pantas menjadi tumpuan harapan, karena selain Dia tak bisa memberi jaminan keselamatan. Itulah rahasia iman. Itulah makna tawakal. Itulah arti zuhud yang sesungguhnya.
Ajaran isqâth al-tadbîr-berserah pada pengaturan Allah-sebetulnya juga mengajarkan kecerdasan emosional-spiritual. Pada praktiknya, ia setidaknya akan membuahkan beberapa sikap hati: tidak risau akan sarana-sarana penghidupan, tidak bergantung pada amal atau usaha, rida pada kenyataan, dan punya optimisme hidup. Dengan bersandar kepada Allah, dan percaya bahwa Dia selalu memberikan yang terbaik, kita melipatgandakan rasa optimis kita terlepas dari betapa buruk hal-hal yang menimpa kita di mata orang. Dengan tak pernah lalai bahwa Allah Maha Menolong dan Mahakuasa, dengan tak pernah kehilangan rasa butuh kepada-Nya, kita menjadi terbebas dari penjara keterbatasan, dan merasa lapang sekalipun dikepung oleh berbagai ketidakmungkinan-serasa menjadi pemenang-dalam-hidup selamanya.
Tidak tersedia versi lain