Text
Manajemen masjid
Bibliografi : hlm. 161-165
Indeks : hlm. 167-170
Masjid sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk bersujud, juga berarti dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan berdimensi sosial yang melibatkan manusia dengan menjadikannya sebagai sentral kegiatan. Hal ini berhubungan juga dengan potensi masjid itu sendiri yang harus diberdayakan dengan segenap kemampuan para pengelolanya. Dalam hal ini dibutuhkan keahlian (skill) yang tidak sekadar cukup saja, tetapi mesti dilaksanakan secara maksimal sebagai implementasi dari da'wah bi ahsan al 'amál (melakukan perubahan dengan mengerahkan segenap kemampuan). Dengan pemahaman semacam ini, masjid dapat dimaknai sebagai instrumen atau sarana ibadah universal. Tidak hanya ibadah mahdhah (mikro) saja, tetapi juga ibadah ghayr mahdhah (makro).
Memahami masjid secara universal berarti juga memahaminya sebagai sebuah instrumen sosial masyarakat Islam yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Melalui pemahaman ini, muncul sebuah keyakinan bahwa masjid menjadi pusat dan sumber peradaban masyarakat Islam. Melalui masjid kita dapat bersujud-beribadah kepada Allah dalam dimensi ritual dan sosial dengan berbagai macam cara. Melalui masjid kita dapat membangun sebuah sistem masyarakat yang ideal dan dicita-citakan oleh ajaran Islam. Melalui masjid, kaderisasi generasi muda dapat dilakukan melalui proses pendidikan yang bersifat kontinyu untuk pencapaian kemajuan. Melalui masjid pula kita dapat mempertahankan nilai-nilai yang merijadi kebudayaan masyarakat Islam. Dan mungkin lebih penting lagi dapat membangun masyarakat yang berperadaban dan sejahtera sehingga mampu memberdayakan, mencerahkan dan membebaskan masyarakat dari berbagai macam keterbelakangan.
Tidak tersedia versi lain